Shuhufism

Sharing and Caring

QS. 80 (`Abasa)

Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.

80:1..Dia (seorang pembesar Umayyah) berkerut muka (bermuka masam) dan berpaling (sedangkan dia bersama Nabi).
80:2..Karena telah datang kepadanya seorang buta (Abdullah ibn Ummi Maktum).
80:3..Tahukah kamu barangkali dia (Abdullah ibn Ummi Maktum) ingin membersihkan dirinya (dari dosa).
80:4..Atau dia (ingin) mendapat pengajaran (darimu) lalu pengajaran itu memberikan manfaat kepadanya?
80:5..Adapun orang (pemuka Umayyah) yang menganggap dirinya serba cukup (kaya),
80:6..maka kamu melayaninya.
80:7..Padahal tidak ada (celaan) ke atasmu kalau dia tidak membersihkan diri (beriman).
80:8..Dan adapun orang yang datang kepadamu dengan bersegera (untuk mendapatkan pengajaran),
80:9..dan dia takut (kepada Allah),
80:10..maka kamu mengabaikannya.
80:11..Sekali-kali jangan (demikian)..! Sesungguhnya ajaran-ajaran Tuhan itu adalah suatu peringatan,
..........

Peristiwa pada turunnya Surah ini adalah suatu kejadian sejarah. Suatu ketika Nabi [sawa] bersama beberapa pembesar Quraisy yang kaya dari kaum Umayyah, diantara mereka adalah Walid ibn Mughirah, Abu Jahal ibn Husyam, Umayyah ibn Khalaf, Utbah, Syaibah, dan Utsman ibn `Affan (yang menjadi khalifah kemudiannya). Sedang Nabi [sawa] menyampaikan peringatan kepada mereka, Abdullah ibn Ummi Maktum yang buta dan seorang dari para sahabat Nabi [sawa] datang menjumpai baginda. Nabi [sawa] menyambutnya dengan hormat dan mendudukkannya dekat dengan baginda. Bagaimanapun Nabi [sawa] tidak terus menjawab persoalan yang ditanyakan oleh Abdullah ibn Ummi Maktum, karena baginda sedang bercakap dengan seorang pemuka Umayyah.

Oleh karena Abdullah ibn Ummi Maktum miskin dan buta, pembesar Quraisy memandang rendah kepadanya, dan tidak suka kepada sanjungan dan kehormatan yang diberikan kepadanya oleh Nabi [sawa]. Mereka juga tidak suka dengan kehadiran Abdullah ibn Ummi Maktum diantara mereka. Akhirnya seorang pembesar Umayyah berkerut muka pada Abdullah ibn Ummi Maktum dan berpaling darinya.

Perbuatan pembesar Quraisy ini telah membuat Allah murka, dan Dia telah menurunkan QS. 80 (`Abasa) melalui Jibril [as] pada masa itu juga. Surah ini menyanjung kedudukan Abdullah ibn Ummi Maktum walaupun dia miskin dan buta. Di dalam empat ayat pertama, Allah mengecam tindakkan buruk pembesar Quraisy. Dan di dalam ayat-ayat berikutnya, Allah memperingatkan Nabi [sawa] bahwa menyampaikan kepada yang kafir tidaklah perlu jika si kafir tidak berhasrat untuk membersihkan diri dan menyakiti orang yang beriman pula (karena tidak mempunyai kekayaan dan kesehatan fisik atau cacat).

12 Farvardin tahun 1358 Hijriah Syamsiah, atau menurut penanggalan Masehi, hari itu bertepatan dengan tanggal 1 April 1979, berlangsung sebuah peristiwa bersejarah bagi bangsa Iran. Menyusul kemenangan Revolusi Islam di bawah pimpinan Imam Khomeini, dilangsungkan sebuah referendum monumental untuk membentuk pemerintahan baru hasil pilihan rakyat selepas tumbangnya rezim diktator Syah Pahlevi. Hasil referendum tersebut menunjukkan bahwa 98,2 % rakyat Iran memilih untuk bernaung di bawah sebuah pemerintahan Islami.

Sejak gerakan revolusi mencapai kemenangannya, rakyat Iran sebenarnya sudah diketahui menginginkan sebuah pemerintahan Islami. Akan tetapi, untuk membungkam berbagai agitasi kaum arogan dunia, Imam Khomeini tetap memerintahkan penyelenggaraan referendum ini. Dengan hasil seperti ini, negara-negara Barat betul-betul kehilangan isu politik untuk mengguncang pemerintahan Islami di Iran, karena berdirinya sebuah pemerintahan religius yang berlandaskan nilai-nilai Islam ini didukung oleh mayoritas mutlak rakyat Iran.

Semoga Allah mengangkat derajat negeri ini seperti negeri Persia disebabkan kecintaan kepada Ahlulbait Rasulullah.

Semoga negeri ini dikaruniakan oleh Allah sebuah pemerintahan yang adil seperti yang diajarkan oleh Rasulullah [sawa] dan Imam Ali [as].

Dan semoga Allah mempercepat kemunculan Imam Al-Mahdi Hujatullah [af].

Tuntutan Imam `Ali [as] terhadap kekhalifahan sepeninggal Rasulullah [saww] adalah satu hakikat yang tidak boleh dinafikan karena terekam di dalam buku-buku muktabar Aswaja dan Syi`ah.

Tuntutan tersebut lebih terarah ke dalam satu bentuk munasyadah (tanya jawab) dimana Imam `Ali [as] mengemukakan beberapa persoalan kepada Khalifah Abu Bakar berdasarkan kepada hadis-hadis Rasulullah [saww] mengenai hak dan kelebihan beliau, dimana orang yang ditanya harus menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut.

Bagi Imam `Ali [as] tuntutan beliau terhadap kekhalifahan selepas Rasulullah [saww] adalah satu hak yang wajib dituntut. Karena Rasulullah [saww] telah melantik beliau dan sebelas anak cucu beliau dari jalur Fathimah [as] sebagai Imam/Khalifah. Bagi Imam `Ali [as], pelantikan beliau adalah dari Allah SWT melalui Rasul-Nya. Justru itu umat harus mentaatinya dan juga sebelas para imam selepas beliau satu persatu. Terlebih lagi khutbah (hadis) Rasulullah [saww] di Ghadir Khum pada 18 Dzulhijah tahun 10 Hijriah menjadi asas yang penting di dalam tuntutan beliau terhadap kekhalifahan secara langsung selepas Rasulullah [saww].

Di sini akan diurutkan dialog Imam `Ali [as] yang dikemukakan kepada Khalifah Abu Bakar mengenai kekhalifahan. Di dalam pembentangan ini, penulis mengemukakan terjemahan teks tersebut menurut catatan al-`Allamah al-Tabarsi di dalam al-Ihtijaj. Kemudian penulis membuat rujukan kepada buku-buku muktabar Aswaja sebagai pengukuhan kepada kesahihan hadis-hadis tersebut.

Dari Imam Ja`far [as], --Imam Ja`far as-Shadiq [as] adalah imam ke-enam Ahl al-Bayt Rasulullah [saww]. Ja`far as-Shadiq ibn Muhammad al-Baqir ibn `Ali Zain al-Abidin ibn Husain as-Syahid bi Karbala ibn `Ali ibn Abi Thalib [as]-- dari ayahnya [as], dari kakeknya [as]. Beliau berkata: Apabila selesai urusan Abu Bakar dan bai`at orang ramai kepadanya serta perbuatan mereka terhadap `Ali [as], Abu Bakar masih mengharapkan bai`at dari `Ali [as], tetapi `Ali [as] telah menunjukkan sikap negatif terhadapnya. Abu Bakar menganggapnya suatu hal serius lalu dia (Abu Bakar) ingin berjumpa dengan `Ali [as] dan meminta maaf atas bai`at orang ramai kepadanya sedangkan dia (Abu Bakar) sendiri tidak begitu berhasrat untuk memegang kekhalifahan. Dia (Abu Bakar) mengadakan pertemuan empat mata dengan `Ali [as].

Abu Bakar berkata: Wahai Abu al-Hasan! Demi Allah perkara ini bukanlah aku benar-benar mencintainya karena aku tidak mempunyai keyakinan kepada diriku sendiri terhadap keperluan umat ini. Aku tidak mempunyai harta yang banyak dan keluarga yang ramai. Oleh karena itu kenapa anda menyembunyikan kepadaku apa yang aku tidak berhak daripada anda. Anda melahirkan kebencian terhadapku. (1)

`Ali [as] berkata: Apakah yang mendorong anda untuk memegang kekhalifahan sekiranya anda benar-benar tidak menghendakinya dan anda pula kurang yakin kepada diri anda sendiri untuk mengendalikannya?

Abu Bakar berkata: Sebuah hadis yang aku mendengarnya dari Rasulullah bermaksud “Sesungguhnya Allah tidak akan mengumpulkan umatku di atas kesesatan”. Apabila aku melihat ijmak mereka terhadapku, maka akupun mengikuti sabda Nabi tersebut. (2)

Dan aku tidak terpikir ijmak mereka menyalahi petunjuk. Lantaran itu aku memberi jawaban yang positif. Dan sekiranya aku mengetahui maupun seorang yang tidak bersetuju di atas pelantikanku niscaya aku menolaknya.

`Ali [as] berkata: Adapun sabda Nabi yang anda menyebutkannya “Sesungguhnya Allah tidak akan mengumpulkan umatku di atas kesesatan”, apakah aku dari umat atau tidak?

Abu Bakar menjawab: Tentu sekali anda dari umat.

`Ali [as] berkata: Apakah golongan yang menentang anda terdiri dari Salman (al-Farisi), Ammar (ibn Yasir), Abu Dzar (al-Ghifary), Miqdad (ibn Aswad), Ibn Ubbad dan orang-orang Anshar yang lain bersamanya termasuk di dalam umat?

Abu Bakar menjawab: Semuanya termasuk di dalam umat.

`Ali [as] berkata: Bagaimana anda berhujah dengan hadis tersebut sedangkan orang seperti mereka telah membelakangi anda? Sedangkan umat tidak mencela mereka dan persahabatan mereka dengan Rasulullah adalah baik!

Abu Bakar menjawab: Aku tidak mengetahui penentangan mereka melainkan selepas berlaku pemilihan khalifah. Aku khawatir sekiranya aku meninggalkan “perkara” tersebut orang ramai akan menjadi murtad dari agama mereka. Lantaran itu perlakuan mereka terhadapku - sekiranya aku menyahuti seruan mereka - lebih senang bagiku memberi pertolongan di dalam agama dan mengekalkannya dari permusuhan di kalangan mereka. Justru itu mereka kembali menjadi kafir. Aku menyadari bahwa anda bukanlah orang yang dapat mengekalkan keadaan mereka dan agama mereka.

`Ali [as] berkata: Ya! Tetapi beritahukan kepadaku tentang orang yang berhak menjadi khalifah dan dengan apakah dia berhak?

Abu Bakar menjawab: Dengan nasehat, kesetiaan, perlakuan yang baik, melahirkan keadilan, alim dengan kitab dan sunnah, percakapan yang tinggi, zuhud di dalam soal keduniaan (tidak cinta dunia), menyelamatkan orang yang tertindas dari penindas, sama di kala jauh dan dekat. Kemudian dia (Abu Bakar) diam.

`Ali [as] berkata: Dan juga orang yang terawal memeluk Islam dan kerabat?

Abu Bakar menjawab: Ya!

`Ali [as] berkata: Aku menyeru anda dengan nama Allah wahai Abu Bakar! Adakah sifat-sifat tersebut terdapat pada diri anda atau pada diriku?

Abu Bakar menjawab: Malah pada diri anda wahai Abu al-Hasan. (3)

`Ali [as] berkata: Aku menyeru anda dengan nama Allah! Adakah aku yang telah menyahuti dakwah Rasulullah dari kaum lelaki ataukah anda?

Abu Bakar menjawab: Anda. (4)

`Ali [as] berkata: Aku menyeru anda dengan nama Allah! Adakah aku yang meng-isytiharkan Surah Al-Bara`ah (At-Taubah) di musim Haji Akbar di hadapan kaum muslimin atau anda?

Abu Bakar menjawab: Anda. (5)

`Ali [as] berkata: Aku menyeru anda dengan nama Allah! Aku telah mempertahankan Rasulullah dengan diriku di hari al-Ghadir atau anda?

Abu Bakar menjawab: Anda. (6)

`Ali [as] berkata: Aku menyeru anda dengan nama Allah! Adakah aku “maula” kepada anda dan semua muslimin melalui hadis Nabi di hari al-Ghadir atau anda?

Abu Bakar menjawab: Anda. (7)

`Ali [as] berkata: Aku menyeru anda dengan nama Allah! Adakah ayat al-Wilayah (Al-Maidah:55) dari Allah bersama Rasul-Nya mengenai zakat dengan sebentuk cincin untuk aku atau anda?

Abu Bakar menjawab: Untuk anda. (8)

`Ali [as] berkata: Aku menyeru anda dengan nama Allah! Adakah al-Wazarah (wazir) untukku bersama Rasulullah umpama Harun bersama Musa atau untuk anda?

Abu Bakar menjawab: Untuk anda. (9)

`Ali [as] berkata: Aku menyeru anda dengan nama Allah! Adakah Rasulullah mempertaruhkan dengan aku, isteriku dan anak-anak lelakiku apabila ber-mubahalah (Ali `Imran:16) dengan Musyrikin atau dengan isteri anda dan anak-anak lelaki anda?

Abu Bakar menjawab: Dengan kalian. (10)

`Ali [as] berkata: Aku menyeru anda dengan nama Allah! Adakah ayat al-Tathir (Al-Ahzab:33) untukku, isteriku dan anak-anak lelakiku atau untuk anda, isteri anda dan anak-anak lelaki anda?

Abu Bakar menjawab: Anda dan anak isteri anda. (11)

`Ali [as] berkata: Aku menyeru anda dengan nama Allah! Adakah aku, isteriku dan anak-anak lelakiku yang didoakan oleh Rasulullah di hari al-Kisa “Wahai Tuhanku! mereka itulah keluargaku kepada-Mu dan bukan kepada neraka” atau anda?

Abu Bakar menjawab: Anda, isteri anda dan anak-anak lelaki anda. (12)

`Ali [as] berkata: Aku menyeru anda dengan nama Allah! Adakah aku yang dimaksudkan dengan ayat “Mereka menunaikan nazar dan takut akan suatu hari yang azabnya merata di mana-mana” (Al-Insan:7) atau anda?

Abu Bakar menjawab: Anda. (13)

`Ali [as] berkata: Aku menyeru anda dengan nama Allah! Adakah anda yang dikembalikan matahari untuk waktu shalat lalu ditunaikan shalatnya kemudian ia terbenam atau aku?

Abu Bakar menjawab: Anda. (14)

`Ali [as] berkata: Aku menyeru anda dengan nama Allah! Adakah anda yang telah melegakan Rasulullah dan kaum Muslimin dengan pembunuhan `Amr ibn Abdi Wudd (pada hari Khandaq) atau aku?

Abu Bakar menjawab: Anda. (15)

`Ali [as] berkata: Aku menyeru anda dengan nama Allah! Adakah anda yang telah di-amanahkan oleh Rasulullah dalam perutusannya kepada Jin lalu anda menyahutinya atau aku?

Abu Bakar menjawab: Anda. (16)

`Ali [as] berkata: Aku menyeru anda dengan nama Allah! Adakah aku yang disucikan oleh Allah dari perzinaan semenjak Adam dengan sabda Rasulullah “Aku dan anda (`Ali) dari nikah yang sah dan bukan dari perzinahan semenjak Adam hinggalah Abd al-Muthalib” atau anda?

Abu Bakar menjawab: Anda. (17)

`Ali [as] berkata: Aku menyeru anda dengan nama Allah! Adakah aku yang telah dipilih oleh Rasulullah dan menikahkan aku dengan anak perempuannya (Fathimah) dan bersabda: “Allah telah menikahkan anda dengan Fathimah di langit” atau anda?

Abu Bakar menjawab: Anda. (18)

`Ali [as] berkata: Aku menyeru anda dengan nama Allah! Adakah aku bapak dari Hasan dan Husain manakala beliau bersabda: “Kedua-duanya pemuda Ahli Surga dan bapak mereka berdua adalah lebih baik daripada mereka berdua” atau anda?

Abu Bakar menjawab: Anda. (19)

`Ali [as] berkata: Aku menyeru anda dengan nama Allah! Adakah saudara anda yang dihiasi dengan dua sayap terbang di surga bersama para malaikat atau saudaraku?

Abu Bakar menjawab: Saudara anda. (20)

`Ali [as] berkata: Aku menyeru anda dengan nama Allah! Adakah aku yang telah menjamin hutang Rasulullah dan mengadakan per-isytiharan di musim haji dengan melaksanakan janjinya atau anda?

Abu Bakar menjawab: Anda. (21)

`Ali [as] berkata: Aku menyeru anda dengan nama Allah! Adakah aku orang yang didoakan oleh Rasulullah dalam keadaan burung di sisinya, di mana beliau ingin memakannya. Beliau bersabda: “Wahai Tuhanku! bawa datanglah kepadaku orang yang paling Engkau cintai selepasku untuk memakan (daging) burung itu bersamaku”. Maka tidak seorangpun datang selain daripadaku atau anda?

Abu Bakar menjawab: Anda. (22)

`Ali [as] berkata: Aku menyeru anda dengan nama Allah! Akukah orang yang telah diberi mandat oleh Rasulullah supaya memerangi al-Nakithin, al-Qasitin, dan al-Mariqin menurut takwil Al-Qur`an atau anda?

Abu Bakar menjawab: Anda. (23)

`Ali [as] berkata: Aku menyeru anda dengan nama Allah! Adakah aku yang telah ditunjukkan oleh Rasulullah dengan kehakiman dan kefasihan di dalam percakapan dengan sabdanya “Ali adalah orang yang paling alim di dalam ilmu penghakiman” atau anda?

Abu Bakar menjawab: Anda. (24)

`Ali [as] berkata: Aku menyeru anda dengan nama Allah! Adakah aku di mana Rasulullah memerintahkan para sahabatnya supaya memberi salam kepadanya untuk menjadi ketua pada masa hidupnya atau anda?

Abu Bakar menjawab: Anda. (25)

`Ali [as] berkata: Aku menyeru anda dengan nama Allah! Adakah aku yang menyaksikan percakapan Rasulullah yang terakhir, menguruskan “mandi” dan mengkafankannya atau anda?

Abu Bakar menjawab: Anda. (26)

`Ali [as] berkata: Aku menyeru anda dengan nama Allah! Adakah anda kerabat Rasulullah atau aku?

Abu Bakar menjawab: Anda. (27)

`Ali [as] berkata: Aku menyeru anda dengan nama Allah! Adakah anda yang dikaruniakan oleh Allah dengan dinar ketika dia memerlukannya dan Jibril menjualkannya kepada anda dan anda menjadikan Muhammad sebagai tetamu lalu anda memberi makan anaknya atau aku?

Abu Bakar menangis dan berkata: Anda. (28)

`Ali [as] berkata: Aku menyeru anda dengan nama Allah! Adakah anda yang telah diletakkan oleh Rasulullah di atas bahunya bagi menolak dan memecahkan berhala-berhala di atas Ka`bah sehingga jika aku kehendaki niscaya aku dapat menyentuhi ketinggian langit atau anda?

Abu Bakar menjawab: Anda. (29)

`Ali [as] berkata: Aku menyeru anda dengan nama Allah! Adakah anda yang disabdakan oleh Rasulullah “Andalah pemilik bendera di dunia dan di akhirat” atau aku?

Abu Bakar menjawab: Anda. (30)

`Ali [as] berkata: Aku menyeru anda dengan nama Allah! Adakah anda yang diperintahkan oleh Rasulullah supaya membuka pintu di masjidnya ketika beliau memerintahkan supaya ditutup semua pintu keluarganya dan para sahabatnya dan membenarkan pintu anda dibuka atau aku?

Abu Bakar menjawab: Anda. (31)

`Ali [as] berkata: Aku menyeru anda dengan nama Allah! Adakah anda telah mengeluarkan sadaqoh apabila anda mengadakan perbicaraan khusus dengan Rasul dikala itu Allah mengkritik satu golongan “Apakah kamu takut akan (menjadi miskin) karena kamu memberi sadaqoh sebelum pembicaraan dengan Rasul?” (Al-Mujadalah:13) atau aku?

Abu Bakar menjawab: Anda. (32)

`Ali [as] berkata: Aku menyeru anda dengan nama Allah! Adakah anda yang dimaksudkan oleh Rasulullah ketika beliau bersabda kepada Fathimah: “Aku akan nikahkan anda kepada orang yang pertama beriman kepada Allah” atau aku?

Abu Bakar menjawab: Anda. (33)

`Ali [as] berkata: Aku menyeru anda dengan nama Allah! Adakah anda yang telah diberi salam oleh para malaikat tujuh langit di hari al-Qulaib atau aku?

Abu Bakar menjawab: Anda. (34)

`Ali [as] berkata: Adakah dengan ini dan seumpamanya anda berhak melaksanakan urusan umat Muhammad? Apakah yang membuat anda terlanjur jauh dari Allah dan Rasul-Nya sedangkan anda tidak mempunyai sesuatu yang diperlukan oleh penganut agamanya!

Abu Bakar menangis dan berkata: Memang benar apa yang anda perkatakan wahai Abu al-Hassan. Tunggulah aku hingga berlalunya hariku. Aku akan memikirkan tentang jabatanku sebagai khalifah dan aku tidak akan mendengar lagi percakapan seperti ini dari anda. (35)

`Ali [as] berkata: Itu terserah kepada anda wahai Abu Bakar.

Lantas `Ali [as] pergi meninggalkan Abu Bakar dan jiwanya agak tenang di hari itu dan tidak ada seorangpun berjumpa dengannya sehingga malam hari.


Referensi:
(1) Ibn Qutaibah, al-Imamah wa al-Siyasah, I, hlm. 18-19.
Al-Mas`udi, Muruj al-Dhahab, II, hlm. 302
Al-Ya`qubi, Tarikh al-Ya`qubi, II, hlm. 127.
(2) Al-Syahrastani, al-Milal wa al-Nihal, I, hlm. 9.
(3) Ibn Hajr al-`Asqalani, Lisan al-Mizan, VI, hlm. 78.
Al-Khawarizmi, al-Manaqib, hlm. 7.
Ibn Katsir, al-Bidayah wa al-Nihayah, VII, hlm. 356.
(4) Al-Qunduzi al-Hanafi, Yanabi` al-Mawaddah, hlm. 91-92.
(5) Ahmad bin Hanbal, al-Musnad, I, hlm. 156.
Al-Turmudzi, Sahih, II, hlm. 461.
Al-Hakim, al-Mustadrak, II, hlm. 51.
Ibn Hajr al-`Asqalani, al-Isabah, II, hlm. 509.
Al-Muttaqi al-Hindi, Kanz al-`Ummal, I, hlm. 246.
(6) Al-Hakim, al-Mustadrak, II, hlm. 53-54.
(7) Ahmad bin Hanbal, al-Musnad, IV, hlm. 370.
Al-Wahidi, Asbab al-Nuzul, hlm. 150.
Al-Suyuthi, al-Durr al-Mantsur, II, hlm. 298.
Al-Qunduzi al-Hanafi, Yanabi` al-Mawaddah, hlm. 120.
Al-Khatib, Tarikh Baghdad, VIII, hlm. 290.
Al-Syablanji, Nur al-Absar, hlm. 75.
Al-Ya`qubi, Tarikh al-Ya`qubi, II, hlm. 32.
(8) Al-Suyuthi, al-Durr al-Mantsur, II, hlm. 293.
Fakhr al-Din al-Razi, Mafatih al-Ghaib, III, hlm. 417.
Al-Zamakhsyari, al-Kasysyaf, I, hlm. 422.
Al-Wahidi, Asbab al-Nuzul, I, hlm. 4.
(9) Ahmad bin Hanbal, al-Musnad, I, hlm. 175.
Al-Muttaqi al-Hindi, Kanz al-`Ummal, VI, hlm. 117.
Al-Hakim, al-Mustadrak, III, hlm 116.
Al-Turmudzi, Sahih, II, hlm. 301.
Al-Nasa`i, al-Khasa`is, hlm. 78.
Abu Daud, al-Musnad, I, hlm. 28.
Al-Khawarizmi, al-Manaqib, hlm. 83.
(10) Al-Zamakhsyari, al-Kasysyaf, I, hlm. 482.
Fakhr al-Din al-Razi, Mafatih al-Ghaib, III, hlm. 20.
Ahmad bin Hanbal, al-Musnad, I, hlm. 185.
Al-Suyuthi, al-Durr al-Mantsur, II, hlm. 38.
Al-Wahidi, Asbab al-Nuzul, hlm. 47.
Al-Syablanji, Nur al-Absar, hlm. 101.
(11) Al-Thabari, Jami` al-Bayan, XXII, hlm. 502.
Al-Suyuthi, al-Durr al-Mantsur, V, hlm. 198.
Ahmad bin Hanbal, al-Musnad, III, hlm. 259.
Al-Wahidi, Asbab al-Nuzul, hlm. 251.
(12) Ibid.
(13) Al-Wahidi, Asbab al-Nuzul, hlm. 331.
Fakhr al-Din al-Razi, Mafatih al-Ghaib, VIII, hlm. 392.
Ibn Hajr al-`Asqalani, al-Isabah, VIII, hlm. 168.
Ibn al-Athir, Usd al-Ghabah, V, hlm. 530.
Al-Syablanji, Nur al-Absar, hlm. 102.
(14) Ibn Hajr, Lisan al-Mizan, V, hlm. 76.
Ibn Katsir, al-Bidayah wa al-Nihayah, VI, hlm. 80.
Al-Tahawi, Musykil al-Athar, II, hlm. 8.
Al-Qunduzi al-Hanafi, Yanabi` al-Mawaddah, hlm. 137.
(15) Lihat umpamanya, Al-Kanji al-Syafi`i, Kifayah al-Talib, hlm. 277.
(16) Ibid., hlm. 230-231.
(17) Ibid., hlm. 379.
Al-Haithami, Majma` al-Zawa`id, IX, hlm. 168.
(18) Ibn Hajr al-Makki, al-Sawa`iq al-Muhriqah, hlm. 84-85.
Muhib al-Thabari, Dhakha`ir al-Uqba, hlm. 29.
Al-Kanji al-Syafi`i, Kifayah al-Talib, hlm. 298-299.
(19) Al-Kanji al-Syafi`i, Kifayah al-Talib, hlm. 204.
Al-Qunduzi al-Hanafi, Yanabi` al-Mawaddah, hlm. 166.
(20) Al-Qunduzi al-Hanafi, Yanabi` al-Mawaddah, hlm. 519.
(21) Ahmad bin Hanbal, al-Musnad, I, hlm. 3.
Al-Dhahabi, Mizan al-I`tidal, I, hlm. 306.
Al-Suyuthi, al-Durr al-Mantsur, III, hlm. 209.
(22) Al-Turmudzi, Sahih, II, hlm. 299.
Al-Hakim, al-Mustadrak, III, hlm. 130.
Abu Nu`aim al-Asfahani, Hilyah al-Auliya`, VI, hlm. 339.
Ibn al-Athir, Usd al-Ghabah, IV, hlm. 30.
Al-Dzahabi, Muruj al-Dhazab, II, hlm. 49.
(23) Al-Muttaqi al-Hindi, Kanz al-`Ummal, VI, hlm. 154.
Ibn Hajr, Tahdhib al-Tahdhib, III, hlm. 178.
Al-Kanji al-Syafi`i, Kifayah al-Talib, hlm. 167-168.
(24) Al-Kanji al-Syafi`i, Kifayah al-Talib, hlm. 112.
(25) Ibn Hajr, al-Isabah, III, hlm. 20.
Al-Muttaqi al-Hindi, Kanz al-`Ummal, VI, hlm. 155.
Al-Hakim, al-Mustadrak, III, hlm. 128.
(26) Al-Khawarizmi, al-Manaqib, hlm. 60-63.
(27) Al-Khawarizmi, al-Manaqib, hlm. 90.
Al-Kanji al-Syafi`i, Kifayah al-Talib, hlm. 76.
(28) Ibn al-Athir, Usd al-Ghabah, V, hlm. 530.
Al-Kanji al-Syafi`i, Kifayah al-Talib, hlm. 348-349.
(29) Al-Hakim, al-Mustadrak, III, hlm. 5.
(30) Al-Qunduzi al-Hanafi, Yanabi` al-Mawaddah, hlm. 81.
(31) Al-Nasa'i, al-Khasa`is, hlm. 17.
Al-Hakim, al-Mustadrak, III, hlm. 125.
Al-Turmudzi, Sahih, II, hlm. 301.
Al-Kanji al-Syafi`i, Kifayah al-Talib, hlm. 201.
(32) Al-Qunduzi al-Hanafi, Yanabi` al-Mawaddah, hlm. 100.
(33) Muhib al-Din al-Thabari, Dhakha`ir al-Uqba, hlm. 29
Ibn Hajr, al-Sawa`iq al-Muhriqah, hlm. 85.
Al-Kanji al-Syafi`i, Kifayah al-Talib, hlm. 298.
(34) Lihat umpamanya, Al-Khatib, Tarikh Baghdad, IV, hlm. 403.
(35) Lihat umpamanya, Ibn Qutaibah, al-Imamah wa al-Siyasah, I, hlm. 18-19.
Al-Ya`qubi, Tarikh al-Ya`qubi, II, hlm. 127-128.

Rahbar atau Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran, Ayatullah al-Udzma Sayyid Ali Khamenei menekankan perlu adanya ketajaman hati sebagai kebutuhan utama masyarakat. Beliau menyatakan, ketajaman hati tidak akan membiarkan noda fitnah menyesatkan seseorang. Rahbar hari ini (7/10/2009) dalam pidatonya di hadapan warga kota Noushahr, Propinsi Gilan, utara Iran, menilai sangat penting keberadaan ketajaman hati sebagai sarana untuk mengenal tujuan, menentukan jalan yang benar untuk mencapai tujuan, mengidentifikasi musuh, dan tantangan serta mengenal jalan untuk mengatasi hambatan. Beliau juga berpesan kepada rakyat Iran untuk memahami hal ini dengan sungguh-sungguh dan melengkapi diri mereka dengan ketajaman hati dan kesadaran.

Di bagian lain pidatonya, pemimpin besar Revolusi Islam menuturkan, "Setiap gerakan yang membuat musuh bangsa Iran dan negara Islam marah, yaitu imprealisme dan zionisme, merupakan gerakan yang benar dan berada di jalan yang hak. Sedangkan setiap gerakan dan langkah yang membuat mereka gembira, sebagaimana yang mereka tekankan dalam propaganda dan kebijakannya, tentu itu merupakan gerakan yang salah".

Menyinggung kecintaan dan penghormatan bangsa-bangsa lain terhadap sistem pemerintahan Islam serta sensitivitas mereka terhadap persoalan internal Iran, Rahbar menjelaskan, "Partisipasi luas rakyat Iran dalam pemilu presiden telah membuat gembira bangsa-bangsa muslim. Namun ketika musuh berupaya merusak kemenangan politik yang besar ini, menyebarkan pelbagai isu bohong, dan menciptakan kerusuhan, para pecinta Republik Islam Iran pun merasa khawatir. Kenyataan ini menunjukkan bahwa kecintaan terhadap pemikiran Republik Islam Iran terus berkobar di dunia Islam, pasca 30 tahun berdirinya Pemerintahan Islam".

Lebih lanjut Ayatullah al-Udzma Sayyid Ali Khamenei menjalaskan mengenai arti sesungguhnya konsep "republik" dan "keislaman" dalam sistem pemerintahan Islam. Ia menilai, Republik Islam merupakan konsep yang sulit dicari padanannya pasca masa-masa awal kelahiran Islam. Beliau menjelaskan, "Permusuhan para diktator dan imperialis dunia dengan sistem ini, merupakan hal yang wajar. Namun hasil permusuhan 30 tahun mereka terhadap Republik Islam Iran, justru membuat bangsa Iran mencapai kemajuan yang mengagumkan yang juga akan terus berlanjut".

Sabtu, 19 September 2009

Pada acara peringatan kemenangan Hizbullah Lebanon dalam Perang 33 Hari ke-3, kami berhasil bertemu dengan Sekjen pemberani Hizbullah Sayid Hasan Nasrullah bersama rombongan anggota Komite Solidaritas Palestina. Dalam pertemuan itu, saya disertai Naser Soudani, anggota parlemen dan Hossein Shaikhul Eslam, Wakil Departemen Luar Negeri menjelaskan proses pembentukan Komite Solidaritas Palestina. Saya menanyakan beberapa poin mengenai kinerja solidaritas terhadap muqawama Palestina dan Lebanon, boikot produk-produk rezim Zionis Israel dan sederet pertanyaan lainnya terkait masalah ini. Ketika tiba giliran Sayid Hasan Nasrullah, setelah menyampaikan pembukaan, menjelaskan secara panjang lebar mengenai pelbagai masalah rerional, Lebanon dan Palestina dan persatuan antara Ahli Sunnah dan Syiah. Hal yang disampaikan beliau juga terkait hubungannya dengan Rahbar atau Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran Ayatullah al-Udzma Sayid Ali Khamenei. Hubungan yang patut dicermati. Karena berisikan peristiwa-peristiwa yang tidak pernah disampaikan dan untuk pertama kalinya saya mendengarnya. Namun demikian sebagian dari kenangan dan hubungan ini baru akan disampaikan dan dipublikasikan setelah beberapa waktu. Tidak terlalu berlebihan bila saya mengatakan pertemuan ini termasuk yang paling memberikan kenangan yang tiada bandingannya. Anggota rombongan yang hadir juga tidak pernah merasakan pertemuan selama itu.

Soal: Menurut keyakinan Anda, bagaimana menganalisa peran Imam Khomeini [ra] dalam menghidupkan kembali masalah Palestina dengan memfokuskan pada persatuan Islam?

Nasrullah: Di dunia Islam masalah Palestina sebuah masalah istimewa. Karena rakyat Palestina bermazhab Ahli Sunnah. Sementara dukungan para pemeluk mazhab Syiah terhadap mereka menjadi faktor pemersatu antara Syiah dan Ahli Sunnah. Kami yang hidup di kawasan dan bergabung dengan saudara Ahli Sunnah lebih merasakan masalah ini. Saya dapat memastikan betapa dalam sejarah kontemporer Imam Khomeini [ra] punya peran menakjubkan dalam masalah persatuan Islam. Sejatinya tidak ada bentuk lain yang mampu menjawab masalah persatuan Islam seperti yang didisain oleh Imam Khomeini [ra].

Soal: Bisakah Anda menjelaskan mengenai desain Imam Khomeini [ra] terkait masalah persatuan masyarakat Islam?

Nasrullah: Rancangan cerdas yang disampaikan Imam Khomeini [ra] memiliki dua kanal. Pertama, persatuan menghadapi musuh-musuh Islam dan mustakbirin. Menyeru seluruh umat Islam untuk tegar menghadapi kekuatan-kekuatan zalim dan hegemoni dunia. Imam Khomeini [ra] membuat Ahli Sunnah dan Syiah bahu-membahu menghadapi musuh-musuh Islam.

Kedua, masalah Palestina. Pengalaman tiga puluh tahun menunjukkan betapa masalah Palestina sangat luas dan gamblang. Masalah solidaritas terhadap Palestina tidak ada yang berselisih pendapat dan jalan yang terang. Bahkan mereka yang ingin berdamai dengan rezim Zionis Israel tidak berani mengungkapkan keyakinan mereka dengan alasan khawatir akan opini publik dunia Islam. Bukan hanya tidak berani, tapi mereka malah ikut-ikutan menunjukkan dirinya sebagai pendukung Palestina.

Dalam masalah pertama antara umat Islam ada friksi, namun hal itu tidak terjadi dalam masalah Palestina. Di Lebanon sendiri permusuhan terhadap warga Palestina sejak 100 tahun lalu sangat luar biasa. Karena mereka berkali-kali menyerang Lebanon dan Jabal Amil. Imam Musa Sadr juga tidak mampu menyadarkan orang-orang Syiah Lebanon agar memandang positif warga Palestina. Namun Imam Khomeini [ra] berhasil melakukannya.

Soal: Banyak yang mengenalkan Iran sebagai penyebab sebagian instabilitas di Timur Tengah. Sementara sumber dari kebanyakan fitnah ini adalah mereka sendiri. Bagaimana pendapat Anda?

Nasrullah: Amerika berhasil menciptakan fitnah besar di kawasan dalam masalah Irak. Menciptakan konflik antarmazhab Syiah dan Ahli Sunnah dan memprovokasi negara-negara Arab agar anti Iran. Namun dukungan mutlak Iran terhadap Palestina berhasil menggagalkan konspirasi ini. Sebagian mengatakan, “mengapa kalian menyampaikan masalah holocoust? Menurut saya malah waktunya sangat tepat ketika Iran mengangkat bendera dukungan terhadap Gerakan Perlawanan Islam Palestina (Hamas) yang berujung tercekiknya suara-suara pencipta perselisihan. Semua dunia memahami muqawama tidak akan mungkin terbentuk tanpa dukungan Iran. Dukungan pertama dan mobilisasi dalam perang Gaza dilakukan oleh orang-orang Syiah dan masalah ini memberangus pemikiran yang suka menciptakan perselisihan mazhab.

Namun perlu diketahui bahwa di antara ulama Syiah sendiri, termasuk yang di Lebanon masih ada perbedaan pandangan terkait masalah dukungan terhadap Palestina. Sebagian ulama Syiah di Lebanon yang punya cara pandang tradisional terhadap masalah ini berkali-kali mempermasalahkan sikap kami. Merekan mengatakan, “Mengapa kalian selalu berbicara mengenai dukungan terhadap Palestina terlebih-lebih setelah masalah Irak? Kepada mereka saya katakan bahwa Palestina adalah tanah air Islam dan milik Imam Mahdi [af]. Kemudian saya katakan, “Baiklah. Katakanlah saya menerima cara pandang kalian. Kini mari kita perbandingkan dan saksikan apa yang telah kalian lakukan untuk Syiah dan apa yang telah kami lakukan. Saat ini Syiah semakin agung di dunia Islam dan semakin hari akan semakin bertambah. Kini umat Islam telah menerima Syiah sebagai kelompok Islam dan sudah banyak yang memeluk Syiah.

Soal: Menurut Anda, apa yang mempengaruhi gelombang perhatian terhadap mazhab Syiah?

Nasrullah: Kecenderungan kepada Syiah dipengaruhi tiga peristiwa besar yang setiap peristiwa ini menciptakan gelombang kecenderungan orang kepada Syiah.

Pertama, kemenangan Revolusi Islam di Iran pada tahun 1979.
Kedua, kemenangan Hizbullah tahun 2000 dan keluarnya Zionis Israel dari Lebanon Selatan.
Ketiga, Perang 33 Hari pada tahun 2006.

Bendera Hizbullah menyebar di seluruh dunia Arab. Sebagian orang di Mesir mengatakan, “Saat Gamal Abdul Nasser di puncak popularitas potretnya tidak dipasang di Universitas Al-Azhar, tapi foto Sayid Hasan Nasrullah (seorang santri Syiah) dan bendera Hizbullah menyentuh hingga Universitas Al-Azhar dan diangkat dalam shalat Jumat. Bila Yusuf Qaradhawi geram dan menyerang saya dengan alasan yang disebutkannya bahwa di Mesir banyak yang memeluk Syiah. Sekalipun saya punya hubungan baik dengannya dan saya menghormatinya, namun ia mengatakan, “Saya menerima si fulan hanya sekedar seorang komandan militer yang memiliki akidah batil.” Maroko memutuskan hubungannya dengan Iran juga kembali pada masalah ini. Tidak terlalu buruk bila dalam kesempatan ini saya menyinggung kenangan seorang penerbit Lebanon yang ikut dalam pameran buku di Maroko. Penerbit Lebanon ini diundang di sebuah kota kecil di Lebanon, namun disambut oleh lautan manusia. Sambutan begitu meriah hingga mereka yang mengundang terkejut dan berpikir bahwa situasi yang ada seperti udangan terhadap seorang pejabat tinggi dan penerbit Lebanon ini hanya mengiringinya. Namun yang dihadapi ternyata memang demikian, masyarakat berbondong-bondong menyambut penerbit Lebanon ini. Masyarakat yang hadir mengatakan, “Kami mencium bau para pejuang Hizbullah darimu.” Tidak cukup itu, mereka merobek-robek jas dan bajunya untuk ber-tabaruk. Akhirnya segalanya menjadi jelas betapa kebanyakan mereka telah memeluk Syiah.

Soal: Apa Anasila Anda mengenai hubungan masalah Palestina dengan ajaran mazhab Syiah dan mazhab yang lain?

Nasrullah: Kini lewat masalah Palestina, Syiah dan ajaran Syiah telah memasuki rumah-rumah umat Islam di seluruh dunia. Dalam seminar internasional solidaritas Palestina di Teheran ketika saya menyampaikan pidato, saya melihat di sisi kiri sejumlah orang berwajah salafi dengan jenggot yang panjang dan pakaian khusus melihat saya dengan pandangan yang aneh. Setelah berpidato dan turun dari mimbar mereka mendatangi saya, memeluk dan mencium sambil menyatakan simpatinya. Seorang dari mereka memperkenalkan dirinya sebagai Ahli Sunnah dari Syam, anggota salafi Yordania dan mengatakan, “Kami mencintai anda. Kami tidak membeli televisi dan parabola. Namun semua dikarenakan televisi Al-Manar, keluarga saya memaksa untuk membeli parabola. Saya memiliki seorang anak perempuan kecil. Ketika anda berpidato di televisi, anak perempuan saya berdiri di depan televisi dan mencium gambar anda berkali-kali.

(Saat Sayid Hasan Nasrullah menemui Rahbar atau Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran Ayatullah al-Udzma Sayid Ali Khamenei menceritakan percakapannya tadi kepada beliau. Rahbar mengomentari cerita tersebut dengan ucapannya, “Satu hal yang sangat indah.”)

Salafi Yordania itu kemudian berkata, “Tahukah anda mengapa saya menerima untuk membawa televisi Al-Manar ke rumah kami? Semua itu dikarenakan pembelaan terhadap Islam dan Palestina. Kalian tidak mendakwahkan Syiah. Tujuan utama kalian dalam Palestina.” Saya bertanya, “Bagaimana anda bisa tahu?” Ia menjawab, “Karena kalian tidak menayangkan azan.”

Televisi Al-Manar yang disiarkan lewat parabola memang hanya menyebut waktu azan dan tidak menayangkan azan. Namun televisi Al-Alam khusus Lebanon menayangkan azan. Sementara doa-doa Syiah, doa Kumail, dan Munajat Khamsah `Asyarah Imam Sajjad [as] ditayangkan dan sangat populer. Saya bahkan menyaksikan di salah satu televisi negara-negara Arab menayangkan Munajat al-Muridin Imam Sajjad [as] dengan suara yang indah. Akhir tayangan ditulis “Min `Adiyah Sayidina al-Imam Zainul Abidin Radhiallahu `Anhu” (dari doa Sayidnina Imam Zainul Abidin radhiallahu `anhu). Kami sekarang memasuki rumah-rumah Ahli Sunnah dengan nama Palestina. Rumah-rumah mereka telah dipenuhi dengan Shahifah Sajjadiyah, Imam Husein [as], Imam Khomeini [ra] dan Ayatullah Sayid Ali Khamenei. Semua ini memunculkan kedekatan dan persaudaraan dengan kami.

Soal: Sudikah Anda menceritakan kenangan dan interaksi dengan ulama Lebanon?

Nasrullah: Ada seorang ulama Lebanon yang tidak menyetujui kinerja kami dan tidak pernah dapat menerima argumentasi. Setelah syahadah Syaikh Ahmad Yasin, Pemimpin Spiritual Maknawi Hamas, kami membuat acara peringatan di Beirut. Beberapa orang menyampaikan pidato temasuk saya dan Khalid Meshal, Ketua Biro Politik Hamas. Saya banyak memuji jihad dan syahadah Syaikh Yasin, bahkan lebih banyak membicarakan Syaikh Yasin ketimbang Khalid Meshal. Ulama Lebanon itu tidak senang. Karena mengapa harus memuji seorang ulama Ahli Sunnah dan menyebutnya syahid. Malam itu ketika tidur ia bermimpi ditemuai Imam Mahdi [af ] dan mencela sikapnya dan berkata, “Apa yang diperbuat si fulan (Sayid Hasan Nasrullah) sangat baik dan kami rela dengan sikap tersebut. Setelah ulama Syiah ini mendatangi saya dan meminta maaf. Ia berkata, Imam Mahdi [af] mencela sikap saya. Coba perhatikan di kota Beirut bagaimana Arab Saudi mengeluarkan dana yang tidak sedikit, namun kami berhasil menguasai ibu kota Lebanon. Saat Lebanon di invasi, semua mendukung kami, bahkan tokoh-tokoh Ahli Sunnah yang fanatik seperti Ali Bilhaj al-Jazairi dan lainnya membela kami. Ini semua akibat dari semangat melawan rezim Zionis Israel.

Soal: Bagaimana Anda menilai posisi tokoh-tokoh Syiah di kawasan?

Nasrullah: Media-media Syiah di Mesir sangat lemah dan tahun lalu banyak yang melakukan propaganda negatif terhadap saya dan Doktor Ahmadinejad. Dalam jajak pendapat tokoh paling dunia Arab dan Islam yang paling populer, mereka menyiapkan senarai panjang dari tokoh-tokoh dunia Arab seperti Bashar Assad, Abdullah bin Abdul Aziz, Hosni Mubarak, Mahmoud Abbas dan Muammar Qaddafi. Nama Ayatullah Khamenei tidak diboikot. Hasil jajak pendapat tersebut menjadikan nama Sayid Hasan Nasrullah, Mahmoud Ahmadinejad dan Khalid Meshal berturut-turut sebagai tokoh dunia Arab dan Islam yang paling populer. Begitu juga sebuah lembaga Amerika di Palestina melakukan jajak pendapat di Tepi Barat Sungai Jordan dan Jalur Gaza mengenai siapa tokoh yang dipercaya dan setiap responden diberi kesempatan menulis lebih dari satu nama. Kembali lagi dalam jajak pendapat ini telah disiapkan list panjang tokoh-tokoh Arab. Di Tepi Barat Sungai Jordan tempatnya Mahmoud Abbas dan ia yang berkuasa penuh membantu sepenuhnya Abdullah bin Abdul Aziz dari sisi finansial. Tokoh ini sangat membenci Hizbullah dan menyerang Sekjen Hizbullah. Ternyata hasil polling juga menempatkan Sayid Hasan Nasrullah di urutan pertama dengan 82 persen, Bashar Assad di urutan kedua dengan 67 persen dan urutan ketiga adalah Abdullah bin Abdul Aziz.

Soal: Bagaimana pandangan Anda mengenai peristiwa pasca pemilu presiden di Iran?

Nasrullah: Dalam peristiwa pasca pemilu presiden Iran media-media Arab melancarkan propaganda luar biasa yang mengakibatkan teman-teman Iran sangat khawatir. Ramadhan Abdullah, Sekjen Gerakan Jihad Islam sangat khawatir. Ia mengirim utusan kepada dan menyampaikan satu pertanyaan, “Wahai Sayid, katakan kepadanya apakah ia khawatir dengan peristiwa Iran atau tidak? Saya jawab, “Saya sama sekali tidak khawatir.” Mereka bertanya kembali, “Mengapa? Saya katakan, “Siapa yang mengenal Ayatullah Khamenei tidak pernah khawatir. Kalian juga harus tahu bahwa masa depan akan lebih baik dari yang ada. `Asa An Takrahu Syaian wa Huwa Khairun Lakum (Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu)”

Media-media Arab melancarkan propaganda hebat terhadap Iran. Bila seseorang untuk beberapa menit menyaksikan televisi Alarabiya bakal memikirkan apa yang tengah terjadi di Iran dan kacau pikirannya. Mereka telah mempersiapkan hal ini sejak lama bahwa Iran hanya ingin hidup untuk diri mereka dan menyuarakan slogan yang pertama adalah Iran. Mereka ingin mengatakan bahwa siapa yang memilih Mir Hossein Mosavi protes mengapa Iran mendukung Palestina dan Lebanon. Oleh karenanya, kehadiran rakyat di Hari Al-Quds Sedunia sangat penting. Pawai akbar bakal membuktikan kepada dunia betapa Iran belum berubah.

Soal: Cukup populer bahwa Anda punya banyak kenangan dengan Ayatullah al-Udzma Sayid Ali Khamenei. Apakah Anda mau membicarakannya?

Nasrullah: Kami punya banyak masalah di masa lalu. Mayoritas pejabat punya satu ide dan menyampaikannya, namun Ayatullah Khamenei punya pandangan lain. Akhirnya kami melihat bahwa pandangan Agha yang benar dan berhasil. Saya sering berkumpul dengan Agha. Banyak hal yang bila saya sampaikan tidak akan habis hingga subuh.

Setelah peristiwa 11 September Agha mengatakan, “Jangan khawatir! 11 September adalah awal kehancuran Amerika. Amerika telah sampai pada puncak kejayaannya dan kini awal dari kehancurannya. Pendapat ini dari mana? Ini adalah hidayah ilahi.” Senantiasa Agha memandang masa depan dengan positif. Hargailah keberadaan Agha. Seorang ulama Syiah Madinah datang dengan perasaan khawatir. Kepadanya saya ceritakan sebagian masalah dan juga beberapa masalah mengenai Agha dan saya meyakinkannya agar tidak lagi khawatir.

Dalam Perang 33 Hari banyak analisa mengenai perang terbatas. Mereka berpikir akan menyerang sejumlah bangunan dan melakukan serangan terbatas untuk membebaskan para tawanan. Tapi sejak hari kedua mereka telah melakukan agresi luas dan boleh dikata mereka menyerang segalanya. Kami berada di ruang komando dan menghadapi serangan tersebut. Kondisi kami sangat baik, akan tetapi beberapa orang dari teman terlihat bermasalah dari sisi semangat. Mereka berpikir jangan-jangan menawan sejumlah tentara Zionis Israel menyebabkan agresi brutal. Pertanyaan ini juga sangat mengganggu pikiran kami dan pasukan mulai semangat mereka mulai tertekan. Masalah ini sejatinya tidak mempengaruhi strategi perang dan muqawama. Dalam kondisi sensitif seperti ini pesan ilahi Agha tiba. “Perang ini telah dipersiapkan sejak awal dan saat Hizbullah lalai mereka akan melakukan serangan luas. Semuanya akan diserang dan setelah itu mereka mulai melakukan serangan darat, setelah menguasai mereka kemudian akan memaksakan syarat-syaratnya. Mereka yang melakukan operasi militer dan menawan tentara Zionis Israel merupakan pertolongan Allah. Perang ini adalah Perang Ahzab. Satablughu al-Qulub al-Hanajir. Bila kalian bertawakal kepada Allah dan melakukan perlawanan, niscaya kalian akan menang. Katakan kepada Sayid Hasan Nasrullah bahwa kalian akan muncul sebagai pemenang. Bila dalam perang ini kalian menang, kalian akan menjadi satu kekuatan yang tidak ada satu kekuatan pun yang dapat melawan kalian. Katakan juga bahwa mereka sejak awal bermaksud menyerang. Kita menawan tentara mereka dan terpaksa waktu perang dimajukan. Akhir nasihat beliau demikian, “Bertawasulah kepada Imam Mahdi [af]!”

Pesan ini sangat memberikan inspirasi kepada kami. Masalah semangat dan emosi kami langsung mendapat penyelesaiannya. Kami menilainya sebagai pertolongan ilahi dan menjadi lebih percaya akan kemenangan. Dalam pidato-pidato saya mengatakan bahwa musuh sejak awal telah merencanakan serangan ini dan akan menyerang di musim gugur. Akan tetapi setelah peristiwa penawanan itu mereka memajukan serangannya di musim panas. Ketika saya berbicara mengenai masalah ini, banyak analis politik Arb yang mengakuinya. Husein Haikal mendukung pendapat ini dan dalam wawancaranya mengatakan, “Saya juga mendapat informasi dan sampai pada analisa ini.” Koran-koran terkenal dunia Arab memperkenalkan analisa ini sebagai yang paling realistis. Tokoh-tokoh politik Lebanon seperti Michel Aoun juga mengakui analisa ini.

Namun ada satu hal yang masih tersisa dan menjadi pertanyaan dalam diri saya. Bagaimana Agha mengetahui masalah ini dan apa alasannya? Setelah perang lewat seorang teman saya mengajukan pertanyaan ini kepada Agha. Ayatullah Khamenei menjawab, “Saya tidak punya informasi khusus mengenai masalah ini. Begitu saja terlintas dalam benak saya.” Saya lantas mengatakan, “Ini pasti ilham ilahi yang di lintaskan dalam benak hamba-Nya.”

Wawancara ini dilakukan oleh Hujjatul Islam wal Muslimin Mirtajuddini yang dipublikasikan oleh Koran Panjereh yang dikutip oleh kantor berita Fars News.

Penterjemah: Saleh Lapadi.