Sebagaimana yang tampak dari beberapa ayat Al-Qur`an, jalan yang lurus adalah agama tauhid dan komitmen pada perintah-perintah Allah. Keterangan ini disebutkan dalam Al-Qur`an dalam berbagai ungkapan sebagai berikut:
Jalan yang lurus adalah agama dan jalan Nabi Ibrahim [as], sebagaimana firman Allah: “Katakanlah, Aku diberi petunjuk oleh Tuhanku ke jalan yang lurus, yaitu agama yang benar; agama Ibrahim yang lurus. Dan Ibrahim bukanlah termasuk orang-orang yang musyrik.” (Al-An`am : 161)
Jalan yang lurus juga adalah menolak menyembah kepada setan dan hanya menghadap kepada Allah saja, sebagaimana firman Allah dalam surah Yaasiin : 61-62, “dan hendaklah kamu menyembah-Ku. Inilah jalan yang lurus.”
Juga jalan yang lurus berarti berpegang kepada Allah, sebagaimana firman Allah dalam surah Ali `Imran : 101, “...Barangsiapa yang berpegang teguh kepada (agama) Allah, maka sesungguhnya ia telah diberi petunjuk kepada jalan yang lurus.”
Harus kami katakan bahwa jalan yang lurus hanya satu, tidak lebih, karena tidak ada diantara dua titik ujung lebih dari satu garis yang lurus dan paling pendek. Oleh kerena itu, jalan yang lurus dalam definisi Al-Qur`an adalah agama Allah yang berkaitan dengan keyakinan dan sikap, karena agama Allah adalah jalan yang paling dekat yang menghubungkan manusia dengan Allah. Oleh karena itu pula, agama yang benar hanya satu, sebagaimana firman Allah dalam surah Ali `Imran : 19, “Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam. Tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al-Kitab (kitab-kitab suci sebelum Al-Qur`an) kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) di antara mereka. Barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah maka sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya.”
Insya Allah nanti akan kita lihat bahwa Islam memiliki arti yang luas yang mencakup semua agama monoteis pada zamannya, yakni sebelum dihapus oleh agama yang baru.
Dari keterangan tadi, jelas bahwa penafsiran-penafsiran yang berbeda dengan jalan yang lurus sebenarnya kembali ke satu arti. Ada yang mengatakan bahwa jalan yang lurus adalah Islam, ada yang mengatakan bahwa itu Al-Qur`an, ada pula yang mengatakan bahwa itu adalah para Nabi Allah dan Imam [as], dan ada pula yang berpendapat bahwa itu adalah agama Allah. Semua arti ini kembali ke agama Tuhan itu sendiri dengan kedua sisinya; keyakinan dan sikap. Juga dalam banyak riwayat dari berbagai literatur disebutkan berbagai sisi dari jalan yang lurus, yang semuanya kembali ke satu arti, yaitu agama Allah, diantara riwayat-riwayat itu adalah:
Dari Rasulullah [sawa], “Tunjukilah kami jalan yang lurus, yakni jalan para nabi yang telah Allah berikan nikmat kepada mereka.” (Tafsir Nur At-Tsaqalain, jilid I, hlm. 20-21)
Dari Imam Ja`far bin Muhammad as-Shadiq [as] ketika menafsirkan ayat “Tunjukilah kami jalan yang lurus...” beliau berkata, “jalan yang lurus adalah mengenal Imam.” (Tafsir Nur At-Tsaqalain, jilid I, hlm. 20-21)
Dari beliau [as] juga, “Demi Allah, Kamilah jalan yang lurus.”
Dari beliau [as] juga, “jalan yang lurus adalah Amir al-Mu`minin (Ali ibn Abi Thalib [as]),”
Jelas sekali bahwa Nabi [sawa] dan Ali [as] berserta Ahlulbait [as] mengajak manusia kepada agama tauhid ilahi dan berkomitmen dengannya dalam keyakinan dan sikap.
Ar-Raghib dalam kitab Al-Mufradat berkata: “Shirath al-Mustaqim, kata shirath itu sendiri sudah mengandung arti lurus, maka menyifatinya dengan al-musthaqim, adalah penegasan arti lurus yang sebenarnya.”
Dengan demikian, kita dapat memahami maksud dari apa yg disebutkan dalam tafsir Al-`Iyyasyi, dimana Imam Ja`far as Shadiq [as] berkata: “jalan lurus (Shirath al-Mustaqim) itu adalah Amir al-Mu`minin (Ali ibn Abi Thalib [as]).”
Sebagaimana pula hadis yang disebutkan dalam Al-Ma`ani dari Imam Ja`far as-Shadiq [as], “Ia adalah jalan menuju ma`rifat kepada Allah. Keduanya adalah dua jalan, yaitu satu jalan di dunia dan satu lagi jalan di akhirat. Jalan di dunia adalah Imam [as] yang wajib ditaati. Barang siapa yang mengenalnya di dunia dan mengikuti petunjuknya, maka dia akan dapat melewati as-Shirath yang merupakan jembatan di atas neraka Jahanam. Kelak di akhirat, barangsiapa yg tidak mengenalnya di dunia, maka kakinya akan tergelincir di akhirat sehingga dia akan dilemparkan ke dalam api neraka Jahanam.”
Di riwayatkan dari Imam Ali Zainal Abidin [as], “tidak ada hijab diantara Allah dan hujjah-Nya. Dia tidak memiliki tirai terhadap hujjah-Nya. Kami (para Imam) adalah pintu-pintu Allah. Kami adalah jalan yang lurus. Kami adalah wadah ilmu-Nya dan penerjemah wahyu-Nya. Kami adalah pilar-pilar tauhid-Nya. Kami adalah tempat untuk menyimpan rahasia-Nya.”
Setelah jelas bahwa manusia berjalan menuju Allah dan berusaha keras untuk sampai pada-Nya, dekat dengan-Nya dan bertemu dengan-Nya, dan bahwa hal itu tidak akan terwujud kecuali dengan mengikuti Al-Qur`an dan itrah suci yang keduanya merupakan tali menanjak kepada-Nya. Al-Qur`an menunjukkan bekal perjalanan ilahi ini. Allah berfirman dalam surat Al-Baqarah : 197, “Dan apa yang kamu kerjakan berupa kebaikan, niscaya Allah mengetahuinya. Berbekalah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa, dan bertakwalah kepada-Ku wahai orang-orang yang berakal.”
Amir al-Mu`minin [as] berkata, “Aku wasiatkan kepada kalian, wahai hamba-hamba Allah, agar bertakwa kepada Allah, (karena itu) merupakan bekal yang dengannya kalian dilindungi. Yakni bekal yang menghantarkan (kalian pada tujuan) dan tempat perlindungan yang memberikan keselamatan. Seruan kepadanya merupakan seruan yang paling didengar dan mengumpulkannya merupakan sebaik-baik (perbuatan) mengumpulkan. Oleh karena itu, orang yang mengumpulkannya akan mendengar dan orang yang menyerunya akan beroleh kemenangan.”
Al-Qur`an menunjukkan bahwa kendaraan yang paling baik bagi manusia agar sampai pada tujuannya adalah menghidupkan malam (Qiyam al-Lail). Allah berfirman dalam surat Al-Israa` : 79, “Dan pada sebahagian malam hari tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu, mudah-mudahan Tuhan-mu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji.” dan surat Al-Muzzammil : 2 s/d 4, “bangunlah (untuk tahajud) di malam hari, kecuali sedikit (daripadanya), (yaitu) seperduanya atau kurangilah dari seperdua itu sedikit, atau lebih dari seperdua itu.”
Hingga disini dapat disimpulkan kendaraan paling utama bagi manusia dalam melangkah menuju Allah adalah shalat malam, bekal paling utama adalah ketakwaan, dan jalan paling utama adalah jalan yang lurus (Shirath al-Mustaqim). Dengan demikian, jelaslah peran ketakwaan bagi kehidupan manusia dan posisinya dalam sistem syariat Islam.
Sekapur Sirih
Terima kasih telah berkunjung di blog yang sederhana ini. Jangan sungkan! Semoga blog ini bermanfaat bagi anda.
Brotherhood
- Abatasya Islamic
- Ahlulbayt
- Analisis Pencari Kebenaran
- Balagh
- Bentara Budaya Hujjatiyah
- Forum Kebebasan Berpendapat
- Himpunan Pemuda Sinar Syahid
- Indonesian Radio
- Info Palestina
- Islam Alternatif
- Islam Feminis
- Islam Muhammadi
- Islam Syiah
- Islamic Cultural Center
- Mawaddah fi al-Qurba
- Menjawab Tuduhan Salafi-Wahhabi
- Muta`allim ala Sabili al-Najat
- Pecinta Ahlulbait
- Quran al-Shia
- SCI of Dar al-Hadith
- Shia News
- The Other Side of Me
- The Shia
- The Supreme Leader
- Yayasan Fatimah
Blog Archive
-
▼
2009
(22)
-
▼
October
(22)
- Nabi [sawa] Bermuka Manis dan Tidak Bermuka Masam
- Referendum Historis di Iran
- Dialog Imam Ali ibn Abi Thalib [as] dengan Khalifa...
- Kecintaan Dunia Islam terhadap Iran Terus Berkobar
- Sayid Hasan Nasrullah: Siapa Mengenal Ayatullah Kh...
- Surat Terbuka Ismail Haniyah kepada Barat
- Pesan Ismail Haniyah kepada Sayid Ali Khamenei
- Hak-Hak Wanita dalam Perspektif Imam Khomeini [ra]
- PBB: Bangsa Arab Harus Meneladani Imam Ali ibn Abi...
- Ayatullah Ruhullah Imam Khomeini [ra]
- Ammar bin Yasir [ra] dan Taqiyah
- Konspirasi Anti Syiah dan Upaya Adu Domba CIA
- Rahbar Pimpin Shalat Jum`at di Teheran
- The Twelve Imams
- Syiah adalah Syiah
- Pujian u/ Imam Ali [as]
- Shirat al-Mustaqim
- Fathimah [as] dan Al-Kautsar
- Surat Terbuka Ayatullah Makarim Syirazi kepada Ula...
- Arogansi Dunia Gagal Sebarkan Iranphobia
- Imam Ali [as] dan Kemenangan di Waktu Subuh
- Amma Ba`du
-
▼
October
(22)
Posted:
Prince Dipanegara
October 19, 2009
Subscribe to:
Post Comments (Atom)