Shuhufism

Sharing and Caring

Setelah Fathul Makkah, dikabarkan pada Nabi [sawa] bahwa Bani Salim mempersiapkan pemberontakan, mereka bermaksud menyerang Madinah, tapi sementara itu mereka bertahan di sebuah benteng di atas bukit, antara Makkah dan Madinah.

Rasulullah [sawa] mengerahkan pasukan tiga kali berturut-turut dibawah komando sahabat-sahabat senior (diantaranya termasuk Abu Bakar dan Umar bin Khattab) tetapi hal ini mengalami kekalahan terus dan menimbulkan banyak korban. Akhirnya Rasulullah [sawa] mengirim pasukan di bawah panglima perang Ali [as], dan para panglima serta pasukan sebelumnya harus bergabung dibawah komando Ali [as].

Berbeda dengan manuver sebelumnya, Ali [as] mengambil jalan yang tidak seperti biasanya. Dia [as] memilih jalan melalui medan berat dengan tebing yang berbukit terjal dan batu-batu yang tajam. Walaupun banyak yang menentang tapi Ali [as] tetap pada strateginya dan memerintahkan untuk bergerak di malam hari dan musuh akan dikejutkan dengan serangan yang mendadak. Menjelang subuh pasukan Ali [as] masuk ke benteng dari arah belakang dan secara mendadak. Kuda-kuda menyerang dengan napas yang berdengus cepat dan tapal kakinya bersentuhan dengan batu-batu tajam sehingga memercikkan api. Serangan itu betul-betul mengejutkan musuh, mereka takluk sebelum waktu subuh berakhir.

Pada waktu yang bersamaan di Madinah, Nabi [sawa] pada waktu shalat subuh membaca QS Al-´Aadiyaat ayat 1 s/d 5: “Demi kuda-kuda yang menyerang dengan nafas berdengus. Kemudian menerbitkan percikan api. Menyerbu tiba-tiba di waktu subuh. Menerbangkan kepulan debu. Menembus ketengah-tengah kumpulan musuh.”

Setelah selesai shalat subuh Nabi [sawa] memberitakan pada sahabatnya bahwa pasukan Ali [as] telah memperoleh kemenangan.

Beberapa hari setelah itu Nabi [sawa] menyambut kedatangan pasukan Ali [as] di luar Madinah. Beliau [sawa] memeluk Ali [as] dengan penuh bahagia. Beliau [sawa] bersabda: “Wahai Ali, sekiranya aku tidak takut orang-orang akan memujamu seperti orang kristen memuja Isa [as], maka aku akan mengumumkan keutamaanmu. Apabila mereka mendengar, mereka akan mengambil tanah yang pernah kau injak untuk menyembuhkan penyakit mereka.”

Kehormatan itu diberikan kepada Ali [as] bukan hanya untuk menghargai kemenangannya. Nabi [sawa] menghargai keberanian Ali [as] untuk mengambil cara atau jalan yang tidak konvensional, tetapi produktif. Tidak lazim tetapi memberikan kemenangan.

0 Comments:

Post a Comment