Shuhufism

Sharing and Caring

Sabtu, 19 September 2009

Pada acara peringatan kemenangan Hizbullah Lebanon dalam Perang 33 Hari ke-3, kami berhasil bertemu dengan Sekjen pemberani Hizbullah Sayid Hasan Nasrullah bersama rombongan anggota Komite Solidaritas Palestina. Dalam pertemuan itu, saya disertai Naser Soudani, anggota parlemen dan Hossein Shaikhul Eslam, Wakil Departemen Luar Negeri menjelaskan proses pembentukan Komite Solidaritas Palestina. Saya menanyakan beberapa poin mengenai kinerja solidaritas terhadap muqawama Palestina dan Lebanon, boikot produk-produk rezim Zionis Israel dan sederet pertanyaan lainnya terkait masalah ini. Ketika tiba giliran Sayid Hasan Nasrullah, setelah menyampaikan pembukaan, menjelaskan secara panjang lebar mengenai pelbagai masalah rerional, Lebanon dan Palestina dan persatuan antara Ahli Sunnah dan Syiah. Hal yang disampaikan beliau juga terkait hubungannya dengan Rahbar atau Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran Ayatullah al-Udzma Sayid Ali Khamenei. Hubungan yang patut dicermati. Karena berisikan peristiwa-peristiwa yang tidak pernah disampaikan dan untuk pertama kalinya saya mendengarnya. Namun demikian sebagian dari kenangan dan hubungan ini baru akan disampaikan dan dipublikasikan setelah beberapa waktu. Tidak terlalu berlebihan bila saya mengatakan pertemuan ini termasuk yang paling memberikan kenangan yang tiada bandingannya. Anggota rombongan yang hadir juga tidak pernah merasakan pertemuan selama itu.

Soal: Menurut keyakinan Anda, bagaimana menganalisa peran Imam Khomeini [ra] dalam menghidupkan kembali masalah Palestina dengan memfokuskan pada persatuan Islam?

Nasrullah: Di dunia Islam masalah Palestina sebuah masalah istimewa. Karena rakyat Palestina bermazhab Ahli Sunnah. Sementara dukungan para pemeluk mazhab Syiah terhadap mereka menjadi faktor pemersatu antara Syiah dan Ahli Sunnah. Kami yang hidup di kawasan dan bergabung dengan saudara Ahli Sunnah lebih merasakan masalah ini. Saya dapat memastikan betapa dalam sejarah kontemporer Imam Khomeini [ra] punya peran menakjubkan dalam masalah persatuan Islam. Sejatinya tidak ada bentuk lain yang mampu menjawab masalah persatuan Islam seperti yang didisain oleh Imam Khomeini [ra].

Soal: Bisakah Anda menjelaskan mengenai desain Imam Khomeini [ra] terkait masalah persatuan masyarakat Islam?

Nasrullah: Rancangan cerdas yang disampaikan Imam Khomeini [ra] memiliki dua kanal. Pertama, persatuan menghadapi musuh-musuh Islam dan mustakbirin. Menyeru seluruh umat Islam untuk tegar menghadapi kekuatan-kekuatan zalim dan hegemoni dunia. Imam Khomeini [ra] membuat Ahli Sunnah dan Syiah bahu-membahu menghadapi musuh-musuh Islam.

Kedua, masalah Palestina. Pengalaman tiga puluh tahun menunjukkan betapa masalah Palestina sangat luas dan gamblang. Masalah solidaritas terhadap Palestina tidak ada yang berselisih pendapat dan jalan yang terang. Bahkan mereka yang ingin berdamai dengan rezim Zionis Israel tidak berani mengungkapkan keyakinan mereka dengan alasan khawatir akan opini publik dunia Islam. Bukan hanya tidak berani, tapi mereka malah ikut-ikutan menunjukkan dirinya sebagai pendukung Palestina.

Dalam masalah pertama antara umat Islam ada friksi, namun hal itu tidak terjadi dalam masalah Palestina. Di Lebanon sendiri permusuhan terhadap warga Palestina sejak 100 tahun lalu sangat luar biasa. Karena mereka berkali-kali menyerang Lebanon dan Jabal Amil. Imam Musa Sadr juga tidak mampu menyadarkan orang-orang Syiah Lebanon agar memandang positif warga Palestina. Namun Imam Khomeini [ra] berhasil melakukannya.

Soal: Banyak yang mengenalkan Iran sebagai penyebab sebagian instabilitas di Timur Tengah. Sementara sumber dari kebanyakan fitnah ini adalah mereka sendiri. Bagaimana pendapat Anda?

Nasrullah: Amerika berhasil menciptakan fitnah besar di kawasan dalam masalah Irak. Menciptakan konflik antarmazhab Syiah dan Ahli Sunnah dan memprovokasi negara-negara Arab agar anti Iran. Namun dukungan mutlak Iran terhadap Palestina berhasil menggagalkan konspirasi ini. Sebagian mengatakan, “mengapa kalian menyampaikan masalah holocoust? Menurut saya malah waktunya sangat tepat ketika Iran mengangkat bendera dukungan terhadap Gerakan Perlawanan Islam Palestina (Hamas) yang berujung tercekiknya suara-suara pencipta perselisihan. Semua dunia memahami muqawama tidak akan mungkin terbentuk tanpa dukungan Iran. Dukungan pertama dan mobilisasi dalam perang Gaza dilakukan oleh orang-orang Syiah dan masalah ini memberangus pemikiran yang suka menciptakan perselisihan mazhab.

Namun perlu diketahui bahwa di antara ulama Syiah sendiri, termasuk yang di Lebanon masih ada perbedaan pandangan terkait masalah dukungan terhadap Palestina. Sebagian ulama Syiah di Lebanon yang punya cara pandang tradisional terhadap masalah ini berkali-kali mempermasalahkan sikap kami. Merekan mengatakan, “Mengapa kalian selalu berbicara mengenai dukungan terhadap Palestina terlebih-lebih setelah masalah Irak? Kepada mereka saya katakan bahwa Palestina adalah tanah air Islam dan milik Imam Mahdi [af]. Kemudian saya katakan, “Baiklah. Katakanlah saya menerima cara pandang kalian. Kini mari kita perbandingkan dan saksikan apa yang telah kalian lakukan untuk Syiah dan apa yang telah kami lakukan. Saat ini Syiah semakin agung di dunia Islam dan semakin hari akan semakin bertambah. Kini umat Islam telah menerima Syiah sebagai kelompok Islam dan sudah banyak yang memeluk Syiah.

Soal: Menurut Anda, apa yang mempengaruhi gelombang perhatian terhadap mazhab Syiah?

Nasrullah: Kecenderungan kepada Syiah dipengaruhi tiga peristiwa besar yang setiap peristiwa ini menciptakan gelombang kecenderungan orang kepada Syiah.

Pertama, kemenangan Revolusi Islam di Iran pada tahun 1979.
Kedua, kemenangan Hizbullah tahun 2000 dan keluarnya Zionis Israel dari Lebanon Selatan.
Ketiga, Perang 33 Hari pada tahun 2006.

Bendera Hizbullah menyebar di seluruh dunia Arab. Sebagian orang di Mesir mengatakan, “Saat Gamal Abdul Nasser di puncak popularitas potretnya tidak dipasang di Universitas Al-Azhar, tapi foto Sayid Hasan Nasrullah (seorang santri Syiah) dan bendera Hizbullah menyentuh hingga Universitas Al-Azhar dan diangkat dalam shalat Jumat. Bila Yusuf Qaradhawi geram dan menyerang saya dengan alasan yang disebutkannya bahwa di Mesir banyak yang memeluk Syiah. Sekalipun saya punya hubungan baik dengannya dan saya menghormatinya, namun ia mengatakan, “Saya menerima si fulan hanya sekedar seorang komandan militer yang memiliki akidah batil.” Maroko memutuskan hubungannya dengan Iran juga kembali pada masalah ini. Tidak terlalu buruk bila dalam kesempatan ini saya menyinggung kenangan seorang penerbit Lebanon yang ikut dalam pameran buku di Maroko. Penerbit Lebanon ini diundang di sebuah kota kecil di Lebanon, namun disambut oleh lautan manusia. Sambutan begitu meriah hingga mereka yang mengundang terkejut dan berpikir bahwa situasi yang ada seperti udangan terhadap seorang pejabat tinggi dan penerbit Lebanon ini hanya mengiringinya. Namun yang dihadapi ternyata memang demikian, masyarakat berbondong-bondong menyambut penerbit Lebanon ini. Masyarakat yang hadir mengatakan, “Kami mencium bau para pejuang Hizbullah darimu.” Tidak cukup itu, mereka merobek-robek jas dan bajunya untuk ber-tabaruk. Akhirnya segalanya menjadi jelas betapa kebanyakan mereka telah memeluk Syiah.

Soal: Apa Anasila Anda mengenai hubungan masalah Palestina dengan ajaran mazhab Syiah dan mazhab yang lain?

Nasrullah: Kini lewat masalah Palestina, Syiah dan ajaran Syiah telah memasuki rumah-rumah umat Islam di seluruh dunia. Dalam seminar internasional solidaritas Palestina di Teheran ketika saya menyampaikan pidato, saya melihat di sisi kiri sejumlah orang berwajah salafi dengan jenggot yang panjang dan pakaian khusus melihat saya dengan pandangan yang aneh. Setelah berpidato dan turun dari mimbar mereka mendatangi saya, memeluk dan mencium sambil menyatakan simpatinya. Seorang dari mereka memperkenalkan dirinya sebagai Ahli Sunnah dari Syam, anggota salafi Yordania dan mengatakan, “Kami mencintai anda. Kami tidak membeli televisi dan parabola. Namun semua dikarenakan televisi Al-Manar, keluarga saya memaksa untuk membeli parabola. Saya memiliki seorang anak perempuan kecil. Ketika anda berpidato di televisi, anak perempuan saya berdiri di depan televisi dan mencium gambar anda berkali-kali.

(Saat Sayid Hasan Nasrullah menemui Rahbar atau Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran Ayatullah al-Udzma Sayid Ali Khamenei menceritakan percakapannya tadi kepada beliau. Rahbar mengomentari cerita tersebut dengan ucapannya, “Satu hal yang sangat indah.”)

Salafi Yordania itu kemudian berkata, “Tahukah anda mengapa saya menerima untuk membawa televisi Al-Manar ke rumah kami? Semua itu dikarenakan pembelaan terhadap Islam dan Palestina. Kalian tidak mendakwahkan Syiah. Tujuan utama kalian dalam Palestina.” Saya bertanya, “Bagaimana anda bisa tahu?” Ia menjawab, “Karena kalian tidak menayangkan azan.”

Televisi Al-Manar yang disiarkan lewat parabola memang hanya menyebut waktu azan dan tidak menayangkan azan. Namun televisi Al-Alam khusus Lebanon menayangkan azan. Sementara doa-doa Syiah, doa Kumail, dan Munajat Khamsah `Asyarah Imam Sajjad [as] ditayangkan dan sangat populer. Saya bahkan menyaksikan di salah satu televisi negara-negara Arab menayangkan Munajat al-Muridin Imam Sajjad [as] dengan suara yang indah. Akhir tayangan ditulis “Min `Adiyah Sayidina al-Imam Zainul Abidin Radhiallahu `Anhu” (dari doa Sayidnina Imam Zainul Abidin radhiallahu `anhu). Kami sekarang memasuki rumah-rumah Ahli Sunnah dengan nama Palestina. Rumah-rumah mereka telah dipenuhi dengan Shahifah Sajjadiyah, Imam Husein [as], Imam Khomeini [ra] dan Ayatullah Sayid Ali Khamenei. Semua ini memunculkan kedekatan dan persaudaraan dengan kami.

Soal: Sudikah Anda menceritakan kenangan dan interaksi dengan ulama Lebanon?

Nasrullah: Ada seorang ulama Lebanon yang tidak menyetujui kinerja kami dan tidak pernah dapat menerima argumentasi. Setelah syahadah Syaikh Ahmad Yasin, Pemimpin Spiritual Maknawi Hamas, kami membuat acara peringatan di Beirut. Beberapa orang menyampaikan pidato temasuk saya dan Khalid Meshal, Ketua Biro Politik Hamas. Saya banyak memuji jihad dan syahadah Syaikh Yasin, bahkan lebih banyak membicarakan Syaikh Yasin ketimbang Khalid Meshal. Ulama Lebanon itu tidak senang. Karena mengapa harus memuji seorang ulama Ahli Sunnah dan menyebutnya syahid. Malam itu ketika tidur ia bermimpi ditemuai Imam Mahdi [af ] dan mencela sikapnya dan berkata, “Apa yang diperbuat si fulan (Sayid Hasan Nasrullah) sangat baik dan kami rela dengan sikap tersebut. Setelah ulama Syiah ini mendatangi saya dan meminta maaf. Ia berkata, Imam Mahdi [af] mencela sikap saya. Coba perhatikan di kota Beirut bagaimana Arab Saudi mengeluarkan dana yang tidak sedikit, namun kami berhasil menguasai ibu kota Lebanon. Saat Lebanon di invasi, semua mendukung kami, bahkan tokoh-tokoh Ahli Sunnah yang fanatik seperti Ali Bilhaj al-Jazairi dan lainnya membela kami. Ini semua akibat dari semangat melawan rezim Zionis Israel.

Soal: Bagaimana Anda menilai posisi tokoh-tokoh Syiah di kawasan?

Nasrullah: Media-media Syiah di Mesir sangat lemah dan tahun lalu banyak yang melakukan propaganda negatif terhadap saya dan Doktor Ahmadinejad. Dalam jajak pendapat tokoh paling dunia Arab dan Islam yang paling populer, mereka menyiapkan senarai panjang dari tokoh-tokoh dunia Arab seperti Bashar Assad, Abdullah bin Abdul Aziz, Hosni Mubarak, Mahmoud Abbas dan Muammar Qaddafi. Nama Ayatullah Khamenei tidak diboikot. Hasil jajak pendapat tersebut menjadikan nama Sayid Hasan Nasrullah, Mahmoud Ahmadinejad dan Khalid Meshal berturut-turut sebagai tokoh dunia Arab dan Islam yang paling populer. Begitu juga sebuah lembaga Amerika di Palestina melakukan jajak pendapat di Tepi Barat Sungai Jordan dan Jalur Gaza mengenai siapa tokoh yang dipercaya dan setiap responden diberi kesempatan menulis lebih dari satu nama. Kembali lagi dalam jajak pendapat ini telah disiapkan list panjang tokoh-tokoh Arab. Di Tepi Barat Sungai Jordan tempatnya Mahmoud Abbas dan ia yang berkuasa penuh membantu sepenuhnya Abdullah bin Abdul Aziz dari sisi finansial. Tokoh ini sangat membenci Hizbullah dan menyerang Sekjen Hizbullah. Ternyata hasil polling juga menempatkan Sayid Hasan Nasrullah di urutan pertama dengan 82 persen, Bashar Assad di urutan kedua dengan 67 persen dan urutan ketiga adalah Abdullah bin Abdul Aziz.

Soal: Bagaimana pandangan Anda mengenai peristiwa pasca pemilu presiden di Iran?

Nasrullah: Dalam peristiwa pasca pemilu presiden Iran media-media Arab melancarkan propaganda luar biasa yang mengakibatkan teman-teman Iran sangat khawatir. Ramadhan Abdullah, Sekjen Gerakan Jihad Islam sangat khawatir. Ia mengirim utusan kepada dan menyampaikan satu pertanyaan, “Wahai Sayid, katakan kepadanya apakah ia khawatir dengan peristiwa Iran atau tidak? Saya jawab, “Saya sama sekali tidak khawatir.” Mereka bertanya kembali, “Mengapa? Saya katakan, “Siapa yang mengenal Ayatullah Khamenei tidak pernah khawatir. Kalian juga harus tahu bahwa masa depan akan lebih baik dari yang ada. `Asa An Takrahu Syaian wa Huwa Khairun Lakum (Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu)”

Media-media Arab melancarkan propaganda hebat terhadap Iran. Bila seseorang untuk beberapa menit menyaksikan televisi Alarabiya bakal memikirkan apa yang tengah terjadi di Iran dan kacau pikirannya. Mereka telah mempersiapkan hal ini sejak lama bahwa Iran hanya ingin hidup untuk diri mereka dan menyuarakan slogan yang pertama adalah Iran. Mereka ingin mengatakan bahwa siapa yang memilih Mir Hossein Mosavi protes mengapa Iran mendukung Palestina dan Lebanon. Oleh karenanya, kehadiran rakyat di Hari Al-Quds Sedunia sangat penting. Pawai akbar bakal membuktikan kepada dunia betapa Iran belum berubah.

Soal: Cukup populer bahwa Anda punya banyak kenangan dengan Ayatullah al-Udzma Sayid Ali Khamenei. Apakah Anda mau membicarakannya?

Nasrullah: Kami punya banyak masalah di masa lalu. Mayoritas pejabat punya satu ide dan menyampaikannya, namun Ayatullah Khamenei punya pandangan lain. Akhirnya kami melihat bahwa pandangan Agha yang benar dan berhasil. Saya sering berkumpul dengan Agha. Banyak hal yang bila saya sampaikan tidak akan habis hingga subuh.

Setelah peristiwa 11 September Agha mengatakan, “Jangan khawatir! 11 September adalah awal kehancuran Amerika. Amerika telah sampai pada puncak kejayaannya dan kini awal dari kehancurannya. Pendapat ini dari mana? Ini adalah hidayah ilahi.” Senantiasa Agha memandang masa depan dengan positif. Hargailah keberadaan Agha. Seorang ulama Syiah Madinah datang dengan perasaan khawatir. Kepadanya saya ceritakan sebagian masalah dan juga beberapa masalah mengenai Agha dan saya meyakinkannya agar tidak lagi khawatir.

Dalam Perang 33 Hari banyak analisa mengenai perang terbatas. Mereka berpikir akan menyerang sejumlah bangunan dan melakukan serangan terbatas untuk membebaskan para tawanan. Tapi sejak hari kedua mereka telah melakukan agresi luas dan boleh dikata mereka menyerang segalanya. Kami berada di ruang komando dan menghadapi serangan tersebut. Kondisi kami sangat baik, akan tetapi beberapa orang dari teman terlihat bermasalah dari sisi semangat. Mereka berpikir jangan-jangan menawan sejumlah tentara Zionis Israel menyebabkan agresi brutal. Pertanyaan ini juga sangat mengganggu pikiran kami dan pasukan mulai semangat mereka mulai tertekan. Masalah ini sejatinya tidak mempengaruhi strategi perang dan muqawama. Dalam kondisi sensitif seperti ini pesan ilahi Agha tiba. “Perang ini telah dipersiapkan sejak awal dan saat Hizbullah lalai mereka akan melakukan serangan luas. Semuanya akan diserang dan setelah itu mereka mulai melakukan serangan darat, setelah menguasai mereka kemudian akan memaksakan syarat-syaratnya. Mereka yang melakukan operasi militer dan menawan tentara Zionis Israel merupakan pertolongan Allah. Perang ini adalah Perang Ahzab. Satablughu al-Qulub al-Hanajir. Bila kalian bertawakal kepada Allah dan melakukan perlawanan, niscaya kalian akan menang. Katakan kepada Sayid Hasan Nasrullah bahwa kalian akan muncul sebagai pemenang. Bila dalam perang ini kalian menang, kalian akan menjadi satu kekuatan yang tidak ada satu kekuatan pun yang dapat melawan kalian. Katakan juga bahwa mereka sejak awal bermaksud menyerang. Kita menawan tentara mereka dan terpaksa waktu perang dimajukan. Akhir nasihat beliau demikian, “Bertawasulah kepada Imam Mahdi [af]!”

Pesan ini sangat memberikan inspirasi kepada kami. Masalah semangat dan emosi kami langsung mendapat penyelesaiannya. Kami menilainya sebagai pertolongan ilahi dan menjadi lebih percaya akan kemenangan. Dalam pidato-pidato saya mengatakan bahwa musuh sejak awal telah merencanakan serangan ini dan akan menyerang di musim gugur. Akan tetapi setelah peristiwa penawanan itu mereka memajukan serangannya di musim panas. Ketika saya berbicara mengenai masalah ini, banyak analis politik Arb yang mengakuinya. Husein Haikal mendukung pendapat ini dan dalam wawancaranya mengatakan, “Saya juga mendapat informasi dan sampai pada analisa ini.” Koran-koran terkenal dunia Arab memperkenalkan analisa ini sebagai yang paling realistis. Tokoh-tokoh politik Lebanon seperti Michel Aoun juga mengakui analisa ini.

Namun ada satu hal yang masih tersisa dan menjadi pertanyaan dalam diri saya. Bagaimana Agha mengetahui masalah ini dan apa alasannya? Setelah perang lewat seorang teman saya mengajukan pertanyaan ini kepada Agha. Ayatullah Khamenei menjawab, “Saya tidak punya informasi khusus mengenai masalah ini. Begitu saja terlintas dalam benak saya.” Saya lantas mengatakan, “Ini pasti ilham ilahi yang di lintaskan dalam benak hamba-Nya.”

Wawancara ini dilakukan oleh Hujjatul Islam wal Muslimin Mirtajuddini yang dipublikasikan oleh Koran Panjereh yang dikutip oleh kantor berita Fars News.

Penterjemah: Saleh Lapadi.

0 Comments:

Post a Comment